Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pelaksanaan Diseminasi tentang Disiplin Positif di Sekolah

Sumberjaya (24/10) SMPN 4 Sumberjaya terus menunjukkan komitmennya untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan sukses melaksanakan diseminasi inovasi pendidikan yang diprakarsai oleh Bapak Ade Suharto, S.Pd. selaku Kepala Sekolah yang juga seorang Guru Penggerak. Program ini bertujuan untuk mengenalkan dan mendukung praktik baik dalam pendidikan kepada guru dan staf sekolah, serta memastikan bahwa pendekatan pendidikan yang lebih efektif diintegrasikan dalam lingkungan sekolah terutama kepada anak didik.

Pendidikan adalah kunci untuk menggali potensi siswa dan menciptakan generasi masa depan yang lebih cerdas dan terampil. Di era informasi ini, peran guru tidak hanya terbatas pada pengajaran di kelas, tetapi juga mencakup upaya untuk menyebarkan inovasi pendidikan dan memastikan semua siswa menerima peluang yang sama untuk tumbuh dan berkembang. Di SMPN 4 Sumberjaya, upaya ini dipimpin oleh Kepala Sekolah yang merupakan salah satu dari guru penggerak, yang telah berperan penting dalam pelaksanaan diseminasi untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Dan tema diseminasi kali ini adalah tentang Disiplin Positif di sekolah. Dalam paparannya, Kepala Sekolah menjelaskan tentang kekurangan dan kelebihan membangun disiplin positif di Sekolah berdasarkan hukuman, konsekuensi dan restitusi.

Sistem pendidikan adalah pondasi penting bagi perkembangan masa depan anak-anak kita. Di dalamnya, disiplin merupakan elemen kunci yang membantu menciptakan lingkungan belajar yang aman dan produktif. Namun, ada banyak pendekatan yang berbeda ketika datang ke menangani masalah perilaku di sekolah. Kepala Sekolah mengajak peserta diseminasi untuk menjelajahi tiga pendekatan utama: hukuman, konsekuensi, dan restitusi, dalam konteks disiplin positif. Dan berikut adalah point penting yang ditangkap dari paparan tersebut:

Hukuman
Hukuman adalah pendekatan tradisional yang telah digunakan dalam pendidikan selama bertahun-tahun. Ini melibatkan pemberian sanksi atau hukuman fisik atau non-fisik kepada siswa yang melanggar peraturan. Hukuman mungkin termasuk denda, teguran, detensi, hukuman fisik, atau bahkan suspensi. Namun, seiring berjalannya waktu, banyak pendidik dan peneliti mulai mengkritik efektivitas hukuman tradisional.

Salah satu kritik utama terhadap hukuman adalah bahwa mereka sering kali hanya memberikan solusi jangka pendek. Mereka dapat menghentikan perilaku negatif sementara, tetapi tidak mengajarkan siswa mengapa perilaku itu salah atau bagaimana mengubahnya. Selain itu, hukuman dapat menciptakan ketegangan dan perasaan negatif di antara siswa dan guru, yang tidak selalu menciptakan lingkungan belajar yang sehat.

Konsekuensi
Konsekuensi adalah pendekatan yang lebih mendekati daripada hukuman. Ini melibatkan memberikan konsekuensi yang sesuai dengan tindakan yang dilakukan siswa. Konsekuensi ini dapat berupa perbaikan, pembatasan, atau tanggung jawab tambahan. Tujuannya adalah membantu siswa memahami akibat dari perilaku mereka dan mendorong pertanggungjawaban.

Konsekuensi memiliki keunggulan dibandingkan dengan hukuman tradisional karena mereka lebih berfokus pada pengajaran daripada menghukum. Ini dapat membantu siswa belajar dari kesalahan mereka dan mengembangkan keterampilan sosial yang lebih baik. Namun, konsekuensi juga harus diterapkan secara konsisten dan adil agar efektif. Selain itu, mereka juga cenderung lebih efektif pada siswa yang lebih tua yang mungkin lebih mampu memahami hubungan sebab-akibat.

Restitusi
Restitusi adalah pendekatan yang berfokus pada mengembalikan atau memperbaiki kerusakan yang diakibatkan oleh perilaku siswa. Ini adalah pendekatan yang sangat berorientasi pada pemulihan, yang melibatkan siswa untuk aktif berpartisipasi dalam memperbaiki kesalahan mereka. Misalnya, jika seorang siswa merusak properti sekolah, restitusi mungkin melibatkan mereka dalam perbaikan properti tersebut atau membayar ganti rugi.

Restitusi adalah pendekatan yang kuat karena melibatkan siswa secara langsung dalam tanggung jawab mereka dan memberikan kesempatan bagi pertumbuhan pribadi. Ini juga lebih cenderung membangun hubungan positif antara siswa, guru, dan sekolah. Namun, restitusi mungkin memerlukan lebih banyak waktu dan upaya daripada hukuman atau konsekuensi, dan mungkin tidak selalu memungkinkan dalam semua situasi.

Pentingnya Disiplin Positif
Disiplin positif adalah pendekatan yang lebih luas yang mencakup hukuman, konsekuensi, dan restitusi sebagai alat dalam kotak alatnya. Dalam disiplin positif, tujuannya adalah mengajar siswa keterampilan sosial, nilai, dan tanggung jawab, bukan hanya menghukum mereka.

Saat menerapkan disiplin positif, penting untuk mempertimbangkan keunikan setiap siswa dan situasi. Terkadang, hukuman mungkin diperlukan untuk tindakan serius yang membahayakan orang lain atau melanggar peraturan sekolah. Namun, untuk masalah yang lebih kecil, konsekuensi atau restitusi mungkin menjadi pilihan yang lebih baik.

Kesimpulan
Dalam mengelola disiplin di sekolah, penting untuk mempertimbangkan pendekatan yang paling sesuai dengan situasi dan siswa yang bersangkutan. Hukuman, konsekuensi, dan restitusi semuanya memiliki tempatnya dalam pendidikan, tetapi disiplin positif yang memungkinkan pertumbuhan, pembelajaran, dan pemulihan mungkin adalah tujuan akhir yang harus kita kejar. Menggunakan berbagai pendekatan ini secara bijak dan konsisten dapat membantu menciptakan lingkungan belajar yang positif di mana siswa dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

Posting Komentar untuk "Pelaksanaan Diseminasi tentang Disiplin Positif di Sekolah"